Senin, 13 Agustus 2012

Ilmu Yang Bermanfaat

Untuk menjadi umat yang terbaik, Islam menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan. Untuk memperoleh kebaikan dunia dengan ilmu, untuk beroleh kebaikan akhirat dengan ilmu.Kriteria ilmu yang berguna  didasarkan pada tujuan ibadah. Dr Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa salah satu cara untuk menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah adalah ilmu dan hanya dalam semacam inilah ilmu dipandang bernilai.Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat  mendekatkan diri kepada Allah. Berdasarkan landasan ini,  ilmu dikatakan bermanfaat bila 

Pertama, dengan ilmu itu ia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah. Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu. Begitu juga kebaikan dunia dan akhirat bersama ilmu, sebagaimana kejahatan dunia dan akhirat karena kebodohan.” 

Kedua, dengan ilmu itu, ia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuan, yaitu berbagai aktivitas  menuju keridhaan Allah.Orang yang mencari  ilmu untuk menuju keridaan Allah pun  mendapat kedudukan yang istimewa, seperti yang diterangkan Nabi, “Barangsiapa mati ketika sedang mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, dia di surge sedearajat di bawah para Nabi.”

Ketiga, dengan ilmu itu,di samping dapat membimbing dirinya, ia dapat juga membimbing orang lain kepada kebaikan. Nabi bersabda, “Allah akan menyayangi penerus-penerusku.” Belia ditanya,” Siapakan para penerus itu?” Beliau menjawab,”Mereka yang menghidupkan sunnah-sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.”

Keempat, dengan ilmu itu, ia dapat memecahkan berbagai persoalan pribadi, masyarakat dan lingkungannya.Bukankah sebaik-baik orang itu yang paling bermanfaat bagi sesamanya.Nabi bersabda,”Setiap manusia itu keluarga Allah, dan manusia yang paling dicintai-Nya adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya.”

Sebaliknya, bila ilmu itu dicari tidak diniati karena Allah, tidak menambah kebaikan bagi dirinya dan orang di sekitarnya, ilmu itu tidak bermanfaat. Setiap ilmu yang tidak menolong manusia menuju Allah seperti muatan buku yang dibawa di atas keledai.Tuhan berfirman,”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal …(QS 62:5).

Salah satu aktivitas mempelajari dan menguasai ilmu itu adalah berpikir.Berpikir adalah kegiatan menggunakan potensi akal manusia untuk mendapatkan informasi, dan mengembangkan ilmu.Banyak ayat Alquran yang menganjurkan manusia itu berpikir,dengan padanan kata, seperti merenung, memikirkan, memperhatikan,dll.Ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan berpikir dalam kehidupan manusia. Selain membedakan manusia dari makhluk lain, berpikir juga mengarahkan manusia kepada kesempurnaan hidup.

Agar manusia itu tidak salah dalam berpikir, Tuhan membimbing manusia bagaimana cara berpikir sehat.Diturunkannya Alquran dan diutusnya Nabi kepada manusia dimaksudkan agar manusia berpikir dengan sehat. Dalam pandangan Islam, berpikir sehat itu berpikir yang menghasilkan berbagai kebaikan dan manfaat.Berkaitan dengan berpikir sehat, Tuhan memerintahkan umat Islam untuk mendasari berpikir itu dengan ingat kepada Allah dan untuk mencari keridhaan Allah.Dalam membaca yang di dalamnya ada proses berpikir,  Tuhan memeritahkannya dengan diiringi nama-Nya ( Al-‘Alaq:1-5).”

Dalam kitab Nashoihul Ibad, Ibnu Hajar Al-Ashqolani mencatat pendapat jumhur ulama tentang  berpikir yang membawa kesempurnaan hidup .Berpikir dapat dilakukan dalam lima hal.Pertama, berpikir mengenai tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah sehingga lahir tauhid dan keyakinan kepada-Nya. Memperhatikan, memahami, dan merenungkan penciptaan diri dan  alam sekitarnya dapat mengarahkan manusia kepada keyakinan akan keberadaan Tuhan. Tuhan berfirman,”Dan di bumi terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yakin kepada Allah dan pada diri kalian, tidakkah kalian memperhatikan? (Q.S. 51:20-21)”

Kedua, berpikir tentang kenikmatan-kenikmatan yang telah diberikan Allah sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah.Rasa cinta ditandai dengan mementingkan Allah dari lainnya dan rasa syukur ditandai dengan menggunakan anugerah Allah kepada jalan-jalan yang diridhai-Nya.

Ketiga, berpikir tentang janji-janji Allah sehingga lahir rasa cinta  kepada Allah dan optimistis dalam kehidupan. Dalam kehidupan ini, ada hukum sebab akibat dan sebab dari segala sebab adalah  adalah Allah. Dalam berusaha dan berjuang, Allah akan memberikan suatu sesuai dengan kadar usahanya.Kalau seseorang itu tekun bekerja dan berdoa, tentu dia akan mendapatkan yang sesuai dengan yang diusahakan.Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam beruasaha, ia akan  mendapatkan hasil sesuai dengan kesungguh-kesungguhannya. Tuhan berfirman, “Allah menjanjikan orang-orang beriman dan beramal saleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang terdahulu berkuasa.”

Keempat, berpikir tentang ancaman Allah sehingga melahirkan rasa takut. Rasa takut akan ancaman Allah akan membuat seorang hamba takut bermaksiat kepada Allah sehingga akan hati-hati dalam melangkah.Ia menjaga hati dan pikiranya untuk tidak berprasangka buruk kepada Allah. Dia akan menjada lidah dan tangannya untuk menyakiti atau menzalimi orang lain.

Kelima, berpikir tentang sejauh mana ketaatannya kepada Allah sehingga melahirkan gairah untuk beribadah. Berdasarkan keterangan Alquran dan hadis, ibadah merupakan cara seeorang hamba mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah merupakan cerminan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya.Ketaatan hamba kepada Tuhan kalau seseorang itu menyadari bahwa diciptakannya manusia itu beribadah dan Tuhan bersama dirinya di mana pun dia berada.Karena merasa dirinya diawasi Tuhan ia pun akan melakukan yang terbaik demi mendapatkan keridhaan Tuhan.

Dengan berpikir dalam lima hal tersebut, seseorang diharapkan  akan mencapai kemampuan intelektual, mental, dan spiritual yang berguna dalam menjalani hidupnya. Bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk lingkungannya.Dengan ilmu dan kemampuannya, ia dapat beroleh kebaikan tidak hanya di dunia tetapi juga kelak di akhirat.

Pada setiap kali menjelang Idul Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1412H) atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari para Khatib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu maknanya -menurut persangkaan mereka- ialah “Kembali kepada Fitrah”, Yakni : Kita kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita.
Penjelasan mereka di atas, adalah batil baik ditinjau dari jurusan lughoh/bahasa ataupun Syara’/Agama. Kesalahan mana dapat kami maklumi -meskipun umat tertipu- karena memang para khatib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu Ta’ala.
Kami berkata :
Pertama :
“Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz Fithru/ Ifthaar” artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut [Fa-Tha-Ra-] dan [Ta marbuthoh] bukan [Fa-Tha-Ra]“.
Kedua :
“Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali Berbuka Puasa”.
“Dari Abi Hurairah (ia berkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. “Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]
Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :
“Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.
Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :
“(Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.
Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:
“Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan”.
Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.
Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa.
Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan Adlha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian pada tahun ini (1412H/1992M).
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits ini yang maknanya :
“Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”.
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah Salafush Shalih. Amin![1]

Kamis, 09 Agustus 2012

Assesment GCG PT Perkebunan Nusantara I (Persero)






G
ood Corporate Governance (GCG) wajib diterapkan oleh BUMN sebagai landasan operasional kegiatan usaha perusahaan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor Kep-117/M-MBU/2002, tanggal 1 Agustus 2002, tentang Penerapan Praktik GCG pada BUMN yang diperbarui dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per-01 /MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.
Berdasarkan pasal 44 ayat 1 dan 5 menyatakan bahwa: ayat (1) BUMN wajib melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG dalam bentuk :
a.    Penilaian (assessment) yaitu program untuk mengidentifikasi pelaksanaan GCG di BUMN melalui pengukuran pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilaksanakan secara berkala setiap 2 (dua) tahun.
b.    Evaluasi (review), yaitu program untuk mendeskripsikan tindak lanjut pelaksanaan dan penetapan GCG di BUMN yang dilakukan pada tahun berikutnya setelah penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf a, yang meliputi evaluasi terhadap hasil penilaian dan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan
Ayat (5); Pelaksanaan evaluasi pada prinsipnya dilakukan sendiri oleh BUMN yang bersangkutan (self assessment), yang pelaksanaannya dapat didiskusikan dengan atau meminta bantuan (asistensi) oleh penilai independen atau menggunakan jasa instansi pemerintah yang berkompeten di bidang GCG.
Pada tahun 2010 telah dilaksanakan penilaian (assessment) terhadap penerapan GCG di PT Perkebunan Nusantara I (Persero) oleh BPKP Perwakilan Aceh, maka untuk tahun 2011 pengukuran terhadap penerapan GCG dilaksanakan oleh PTPN I (Persero) sendiri (self assessment).
Dalam jangka panjang, penerapan GCG diyakini akan meningkatkan nilai perusahaan dalam bentuk kinerja yang tinggi (high performance) serta citra baik perusahaan (good corporate image). Dalam konteks ini, self assessment terhadap penerapan GCG pada BUMN menjadi sangat relevan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi penerapan GCG pada korporasi dihadapkan dengan best practices-nya, di samping untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan perbaikan (areas of improvement). Hasil self assessment akan menjadi masukan yang sangat penting bagi pengambilan keputusan dalam perbaikan penerapan GCG di masa yang akan datang, sehingga manfaat dari diterapkannya GCG tersebut dapat diperoleh secara optimal.
Aspek-aspek pengujian penerapan GCG mencakup: Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS, Kebijakan Good Corporate Governance,    Penerapan Good Corporate Governance, Pengungkapan Informasi (Disclosure), dan Komitmen.
Laporan hasil self assessment ini juga memuat rekomendasi perbaikan atas kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan GCG, yang jika didasari dengan komitmen yang kuat untuk menindaklanjutinya oleh pihak-pihak yang terkait sesuai rekomendasi tersebut dan diyakini akan meningkatkan praktik penerapan GCG yang mengacu pada best practices.
Self Assessment penerapan GCG dilaksanakan tanggal 17 Januari 2012 sampai dengan tanggal 08 Maret 2012. Didasarkan pada data yang disediakan oleh manajemen, dan hasilnya telah dipaparkan pada  dihadapan Komisaris, Direksi, Manajemen Kunci dan/atau pihak yang mewakili untuk memperoleh validasi dan/atau klarifikasi, sebagai masukan dalam rangka mendapatkan gambaran yang obyektif mengenai kondisi penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara I (Persero).
Selanjutnya, guna menghindarkan kerancuan dalam pemakaian laporan dan pelaksanaan rekomendasi yang disampaikan perlu dijelaskan bahwa self assessment penerapan GCG ini tidak ditujukan untuk memperbandingkan pencapaian kinerja GCG antara Direksi dengan Komisaris maupun dengan Pemegang Saham PT Perkebunan Nusantara I (Persero). Pertimbangannya adalah bahwa masing-masing organ perusahaan tersebut diukur dengan kriteria tersendiri sesuai dengan struktur dan proses terbaik atau ideal yang seharusnya berlaku/ada di organ perusahaan tersebut. Sementara itu disadari juga bahwa pada kenyataannya struktur dan pelaksanaan proses pada satu organ banyak dipengaruhi oleh organ perusahaan lainnya dan/atau oleh faktor eksternal.
Rekomendasi perbaikan atas kelemahan dalam penerapan GCG ini tidak akan berarti apapun apabila tidak ditindaklanjuti. Tindak lanjut atas rekomendasi yang didasari dengan komitmen semua pihak yang terkait akan meningkatkan penerapan praktik GCG yang mengacu pada best practices, yang standarnya senantiasa ditingkatkan


Kami telah melakukan penilaian mandiri (self assessment) penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara I (Persero) tahun 2011 yang mencakup 5 (lima) aspek governance yaitu Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS, Kebijakan GCG, Penerapan GCG, Pengungkapan Informasi (Disclosure) dan Komitmen.
Berdasarkan self assessment terhadap penerapan GCG PT Perkebunan Nusantara I (Persero)  yang dilakukan sejak  tangal 17 Januari 2012  sampai dengan tanggal 08 Maret 2012, dapat disimpulkan bahwa kondisi penerapan GCG PT Perkebunan Nusantara I (Persero)  mencapai skor aktual  84,56 dari skor maksimal 100 atau  84,56 %, termasuk dalam katagori “BAIK”.
Jika dijabarkan per aspek governance, secara garis besar capaian skor tersebut adalah sebagai berikut:
No
Aspek Governance
Bobot
Capaian Perusahaan
Persentase
(%)
I
Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS
        9
6,56
72,94
II
Kebijakan GCG
        8
7,88
98,52
III
Penerapan GCG




A. Komisaris
27
21,01
77,80

B. Komite Komisaris
  6
5,33
88,83

C. Direksi
27
23,21
85,96

D. S P I
  3
1,97
65,70

E. Sekretaris Perusahaan
  3
2,96
98,50

Jumlah III
      66

54,47
82,54
IV
Pengungkapan Informasi (Disclosure)
        7
6,65
95,07
V
Komitmen
      10
8,98
89,81

TOTAL
    100      
84,56
84,56
Tabel di atas menggambarkan hasil perbandingan antara kondisi penerapan GCG di PT Perkebunan Nusantara I (Persero) dengan praktik terbaik (best practices) penerapan GCG. Dari lima aspek pengujian terhadap penerapan GCG PT Perkebunan Nusantara I (Persero), persentase capaian tertinggi ada pada aspek kebijakan GCG sebesar 98,52 % yang ditunjukkan antara lain PT Perkebunan Nusantara I (Persero)  telah  memiliki kebijakan berkaitan dengan GCG seperti Pedoman Good Corporate Governance (Code of Corporate Governance), Code of Conduct  (Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja), Komite Audit Charter (Audit Committee Charter).
Sementara itu, persentase capaian terendah ada pada aspek Rapat Pemegang Saham (RUPS) sebesar 72,94 % yang disebabkan antara lain oleh belum menetapkan dan menerapkan sistem pengangkatan Komisaris secara transparan melalui fit and proper test, belum menetapkan dan melaksanakan sistem penilaian kinerja Komisaris secara kolegial dan individual, penilaian kinerja Direksi secara individual belum dituangkan dalam risalah RUPS.
Capaian ketiga aspek lainnya yaitu aspek Penerapan GCG pada Komisaris, Komite, Direksi, SPI dan Sekretaris Perusahaan, aspek Pengungkapan Informasi serta aspek Komitmen - bervariasi, dengan kondisi yang perlu mendapatkan penanganan segera oleh organ perusahaan sebagai berikut:
1.    Komisaris belum memberikan arahan dan masukan tentang manajemen risiko korporasi.
2.  Komisaris menetapkan kriteria mengenai masalah penting yang memerlukan perhatian Komisaris di luar hal-hal yang secara jelas sudah diatur dalam Anggaran Dasar, membahas/ menindaklanjutinya sesuai kriteria serta memberikan arahan dan masukan kepada Direksi.
3.   Komisaris dan Direksi belum menetapkan kriteria mengenai informasi yang dapat diberikan oleh Komisaris kepada stakeholders.
4.    Komisaris belum melakukan penilaian kinerja Komisaris secara self assessment.
5. Risalah Rapat Komisaris belum mencantumkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan rapat sebelumnya.
6.    Direksi belum memberi asersi mengenai penerapan pengendalian internal secara efektif.
7.   Didalam risalah rapat Direksi belum sepenuhnya dilakukan evaluasi (pemantauan progress) terhadap pelaksanaan keputusan hasil rapat sebelumnya yang ditandai dengan tidak dicantumkannya dalam risalah rapat.
8.    SPI belum memberikan masukan atas prosedur atau proses manajemen risiko dan upaya pencapaian strategi bisnis perusahaan.


B. rekomendasi
Terhadap kelemahan dalam pelaksanaan GCG sebagaimana diuraikan dalam butir A di atas dan dalam upaya memperbaiki kinerja pencapaian praktik-praktik yang terbaik (best practices) penerapan GCG, kami merekomendasikan beberapa hal yang perlu menjadi prioritas organ perusahaaan dalam menindaklanjutinya sebagai berikut:
1.    Pemegang Saham/RUPS
a.    Menetapkan dan menerapkan sistem penilaian kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) secara transparan bagi calon anggota Komisaris.
b.    Menetapkan dan melaksankan sistem penilaian kinerja Komisaris secara kolegial dan individual, hasil penilaia kinerja Direksi dituangkan dalam Risalah RUPS.
c.    Melaksanakan penilaian kinerja Direksi secara individu, hasil penilaia kinerja Direksi dituangkan dalam Risalah RUPS.
2.     Komisaris
a. Melakukan reviu dan memberikan masukan serta arahan kepada Direksi terkait kebijakan dan strategi manajemen risiko perusahaan.
b.    Menetapkan kriteria mengenai masalah penting yang memerlukan perhatian Komisaris di luar hal-hal yang sudah diatur dalam Anggaran Dasar dan mengkomunikasikan kepada Direksi..
c.   Bersama Direksi menetapkan kriteria mengenai informasi yang dapat diberikan oleh Komisaris kepada stakeholders.
d.   Melakukan penilaian kinerja Komisaris yang dilakukan oleh Komisaris atau Komite  Audit yang dilakukan  secara self assessment.
e.  Menyempurnakan Risalah Rapat Komisaris dengan menambahkan progres/ evaluasi pelaksanaan hasil keputusan rapat sebelumnya.
3.    Direksi 
a.    Mengoptimalkan peranan Direksi dalam pemenuhan target kinerja perusahaan, dengan cara:
1)        Memberikan asersi mengenai efektivitas penerapan pengendalian internal.
2)  Disetiap risalah rapat dilakukan  Evaluasi (pemantauan progress) terhadap keputusan rapat sebelumnya.
b.  Meningkatkan peranan SPI sebagai mitra strategis (strategic partner) dengan cara memerintahkan SPI untuk memberikan masukan atas prosedur atau proses manajemen risiko, dan kontribusi terhadap pengelolaan risiko maupun pengendalian manajemen serta masukan terhadap upaya pencapaian strategi bisnis perusahaan.
Uraian selengkapnya hasil assessment berikut rekomendasinya disajikan dalam  Bab II.









renungan untuk seorang anak

MEJA KAYU BUAT AYAH DAN IBU  

Anak adalah foto copy kita 
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.
Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan matanya yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah.
Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. ”Kita harus lakukan sesuatu,” ujar sang suami. ”Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk Pak Tua ini.”
Lalu, suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring dan gelas, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.
Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Meski tak ada gugatan darinya. Tiap kali nasi yang dia suap, selalu ditetesi air mata yang jatuh dari sisi pipinya. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua kejadian itu setiap hari dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. ”Kamu sedang membuat apa?” Anaknya menjawab, ”Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu, untuk makan saat Aku sudah besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Setelah Mereka makan bersama di meja makan seperti semula. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. Dan anak itu, tak lagi meraut untuk membuat meja kayu.

Renungan
Anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.
Sahabat….sesering apakah kita menangis mendo’akan anak-anak kita agar tak terjerumus di lembah maksiat yang kini telah menembus seluruh lorong ruang dan waktu ?
Sesering apakah kita meratap memohon agar anak-anak kita memiliki benteng keimanan yang mampu menahan serangan pergaulan bebas dan narkoba yang telah merajalela ?
Sesering apakah kita menumpahkan air mata ini untuk anak-anak kita agar kelak mereka senantiasa memohonkan ampunan untuk kita ketika kita telah terlelap di alam penantian nanti ?
Seering apakah kita mengantar tidur malamnya dengan cerita-cerita indah penuh keteladanan ? dan keteladanan yang mana pula yang sering kita peragakan dihadapan mereka ?
Tiga hal yang akan abadi bersama kita sampai ajal kita datang nanti :
1. Amal Jariah ( Wakaf dan Sedekah )
2. Anak Yang Sholeh yang selama hidupnya selalu mendo’akan kita
3. Ilmu Yang Bermanfaat yang memberi dampak kebaikan kepada banyak orang
Menangislah, karena tumpahnya air mata kita karena takut kepada Allah kelak akan menjadi PEMADAM API NERAKA, bergabunglah segera dengan grup Istana Sorgaku dari Rumah Yatim Indonesia di FB , dijamin air mata Anda tumpah habis

Entri Populer