Senin, 23 September 2013

Pemimpin Dari Tokoh Film


Apa yang saya suka tentang film ini di sequel ketiga Iron man adalah sentuhan yang lebih manusiawi pada cerita dan masih memiliki aksi big bang film super hero. Ceritanya cukup mengesankan, dan ada cerita tentang seorang manusia, berikut hal yang bisa Anda pelajari dari film:

Jangan Remehkan Musuh Anda
Bila Anda memiliki uang banyak layaknya seorang  Tony Starks ditambah memiliki tenaga nuklir Mini ditanam di badan Anda, perbedaan antara kesombongan dan kepercayaan diri hanya seperti garis tipis.
Setelah melihat begitu banyak aksi teroris yang dilakukan oleh Mandarin, musuh Iron Man, Tony benar-benar kesal, di depan juru kamera dari seluruh media, ia hanya berkata “come and get me … here is my details address ……”
Dalam beberapa jam, musuh mengirimkan armada chopter kelas militer, meledakkan kediaman Tony dan hampir membunuh Tony.
Dalam kehidupan nyata, Jangan pernah meremehkan pesaing Anda, Anda mungkin hanya mengenal mereka di permukaan tetapi kekuasaan yang sesungguhnya terletak jauh tersembunyi di dalam.

Selalu Perlakukan Orang Dengan Hormat
Sebuah perjalanan hidup yang panjang, pada waktu itu, entah sengaja atau tidak sengaja, kita pernah terluka, mengatakan atau melakukan sesuatu yang buruk kepada orang lain.
Tony Starks melakukan hal yang sama, ia tidak pernah menyadari apa yang dia lakukan di masa lalu akan membahayakan masa depannya, ketidaktahuannya telah merubah seorang jenius culun menjadi musuh kuat yang hidup dengan satu tujuan, untuk balas dendam kepada orang yang menyakitinya.
Pelajaran yang kita dapat adalah … selalu perlakukan orang, apapun latar belakang atau tingkatannya, dengan hormat, memperlakukan orang seperti Anda ingin diperlakukan, bukan hanya kepada atasan Anda atau pelanggan, tetapi juga untuk rekan tim Anda, bawahan, pekerja, dan ya, sopir bus yang membawa Anda kembali dari kantor ke rumah.

Apa yang Anda lihat tidak selalu apa yang Anda dapatkan.
Kadang-kadang musuh yang nyata dan tidak terlihat, berubah menjadi orang yang tak terduga, di Iron Man 3, Anda melihat Citra orang jahat, mandarin, menunjukkan dalam berita seperti bukan musuh, dan Mandarin yang sebenarnya ternyata adalah salah satu teman Pepper.
Dalam kehidupan bisnis nyata kita telah melihat banyak contoh bahwa kadang-kadang musuh yang paling mematikan adalah sesuatu yang tidak bisa kita lihat sekarang. Nokia 10 tahun yang lalu bahkan tidak bermimpi bahwa pesaing yang membawa mereka turun adalah Apple, RIM dan Samsung yang namanya bahkan tidak dikenal di percaturan ponsel global.

Sukses adalah Tentang Seberapa Cepat Anda Bangun Setelah Kamu Jatuh
Tony Starks menghadapi salah satu musuh terkuatnya, Mandarin, rumahnya hancur dan ia sendiri tersingkir, ia bahkan harus bersembunyi di tempat lain untuk melindungi orang tercinta. Dan herannya, menurut pendapat saya, bagian ini adalah adegan terbaik dari film Iron Man 3.
Dalam kehidupan nyata kita, hal yang sama terjadi, kadang-kadang Anda sudah bangun, kadang-kadang Anda jatuh, setelah beberapa saat mungkin Anda dapat tersingkir oleh pesaing Anda atau hal lainnya.

Anda Selalu Butuh Teman Atau …. Seorang Soulmate yang Kuat
Baik atau buruk, teman-teman Anda, sekutu terdekat anda, yang akan membantu Anda melalui badai. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan, kadang-kadang seorang stranger bisa juga berubah menjadi penyelamat Anda.
Tony Starks beruntung memiliki teman baik dan kuat seperti Kolonel James “The War Machine” Rhodes yang berdampingan membantu dia untuk melawan musuh. Selain Rhodes, Tony juga mendapat bantuan dari seorang stranger, seperti seorang anak yang ia temui ketika dia berada di persembunyian.
Dalam masa krisis, pada jam kritis, seperti dalam kehidupan nyata, Anda dapat mengandalkan keluarga atau ehemmm …. jodoh untuk menyelamatkan hidup Anda. Siapa yang akan pernah menebak bahwa hanya ketika The Mandarin akan membunuh Tony “Iron Man” Starks, hidupnya diselamatkan oleh Pepper, soulmatenya.
 
Siapkan Rencana B
Tony Starks telah siap untuk situasi terburuk, ia menyiapkan puluhan copy Iron Man yang akan menyelamatkan hidupnya dalam jam kritis.
Orang bijak mengatakan “persiapan perang dibuat selama masa damai”, Anda tidak akan pernah dapat memperkirakan masa depan secara akurat, apa yang dapat Anda lakukan adalah tetap waspada, bersiap-siap dan menyiapkan rencana B, rencana C, Rencana D, dll

Fokus pada “The Greater Good”
Kadang-kadang selama masa krisis, akan ada situasi ketika Anda harus membuat keputusan tidak populer, bahkan mengorbankan diri Anda untuk mendapat lebih baik. Selalu fokus pada gambaran besar, its ok untuk kehilangan beberapa pertempuran untuk memenangkan seluruh perang.


Kesalahan Terbesar Yang Bisa Dilakukan Pemimpin

Adalah mustahil membicarakan segala sesuatu tentang entrepreneur tanpa membicarakan kepemimpinan. Berita baiknya adalah ilmu kepemimpinan itu bukan dilahirkan, dan tidak bergantung kepada karisma atau bahkan penampakan seseorang, cakep atau tidaknya, menurut tinggi badan, tebalnya kumis atau banyak-sedikitnya warisan yang ia miliki. Kepemimpinan adalah ilmu yang bisa dipelajari oleh siapa saja, sama seperti ilmu-ilmu lainnya. Tidak bergantung kepada apakah ia sekolah atau tidak, seorang sarjana atau bukan. Tidak bergantung kepada label yang kita miliki atau banyaknya piala yang sudah kita raih. Kepemimpinan hanya bergantung kepada kemauan kita belajar dan menerapkannya. Setiap hari.
Mengapa ada banyak pemimpin yang gagal dalam memimpin? Menurut saya hanya ada dua alasan, yang pertama, seseorang pemimpin yang tidak pernah belajar ilmu kepemimpinan, dari buku, seminar atau langsung dari seorang mentor, tipe ini menurut saya masih bisa ‘diselamatkan’; yang kedua, seorang pemimpin yang merasa sudah belajar ilmu kepemimpinan namun tidak pernah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tipe terakhir ini lebih sulit diselamatkan, disebabkan karena kebebalannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bebal artinya sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); bodoh.
Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Inc. (the Magazine of Growing Companies) edisi September 2013 tentang kesalahan terbesar yang dilakukan oleh seorang pemimpin adalah, 
1. Pemimpin yang mencoba memberikan perintah tanpa ia berada di garis depan dalam memberi contoh
2. Kurangnya kerendahan hati dan kegagalan dalam mendengar; 
3. Kurangnya kepedulian terhadap yang dipimpin dan tidak pernah berbagi kesuksesan; 
4. “Believing your own bullshit.” (silakan mengartikan sendiri maknanya)
Sayangnya survey tersebut dilakukan di luar Indonesia. Jika sebuah survey dilakukan di sini tentang faktor yang disukai dari seorang pemimpin, mungkin faktor ‘galak’, kaya raya, gagah, ganteng, kecakapan berbicara, banyaknya follower (Twitter), atau bahkan ‘keunikan-keunikan’ lainnya akan muncul sebagai faktor penting dalam kepemimpinan; seperti jelinya menemukan jenis goyangan? goyang gajah—sebagai ganti goyang itik; misalnya. Karena, konon di Indonesia, segala sesuatu yang unik itu lebih disukai. Siapa tahu? Selamat menjadi pemimpin yang unik.

Rabu, 04 September 2013

Fanatisme dan Propaganda ???

Fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Menurut definisinya, Fanatisme biasanya tidak rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang menggunakan akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar sesuatu. Adanya fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresi dan sekaligus memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi untuk lebih tidak terkontrol perilakunya.

Fanatisme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku agresi. Individu yang fanatik akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional.

Pengertian Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam :
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan,
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa secara psikologis,

seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini.
Ciri-ciri yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah. Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk : (a) fanatik warna kulit, (b) fanatik etnik/kesukuan, dan (c) fanatik klas sosial. Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, tetapi biasanya merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau klas sosial.
Kita dapat mengagumi sesuatu tapi alangkah indahnya jika sesuatu itu kita pandang secara wajar dan tidak berlebihan.

Propaganda berasal dari bahasa Latin. Awalnya berarti ‘gagasan untuk disebarkan ke sekeliling’. Namun dalam Perang Dunia I, artinya berubah menjadi ‘gagasan politik yang ditujukan untuk menyesatkan’ (Wikkipedia)


Unsur-Unsur Propaganda.
Dalam propaganda ada beberapa unsur-unsur terbentuknya sebuah komunikasi, diantaranya:
  •  Adanya komunikator, penyampaian pesan.
  • Adanya Komunikan atau penerima pesan/ informasi.
  • Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menetukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
  • Pesan tertentu yang telah di-“encode” atau dirumuskan sedemikian rupa adar mencapai tujuannya yang aktif.
  • Sarana atau medium (media), yang tepat dan susuai atau serasiu dengan situasi dari komunikan.
  • Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang secepatnya dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
  • Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
  • Tercapainya tujuan kepada aspek kognitif, afektif dan konatif.

Adapun unsur-unsur komunikasi yang disodorkan Sang Propaganda diantaranya:
  • Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat
  •  Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
  • In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
  • To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
  • With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
  • Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konflik, stabil, labil.
  • Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut. 
  • Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih. 
Propaganda sebenarnya tergantung dengan unsur latar bekang yaitu positif dan negative, jadi jangan pernah hancurkan orang lain dengan kegiatan propaganda ini, karena masing-masing kita sudah berada diposisinya sepanjang kita bersyukur dan bergiat untuk maju tanpa mengganggu orang lain maka propaganda yang muncul pastinya positif




Selasa, 03 September 2013

Baik apa Buruk sih Keyakinan hal Ini



Fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Menurut definisinya, Fanatisme biasanya tidak rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang menggunakan akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar sesuatu. Adanya fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresi dan sekaligus memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi untuk lebih tidak terkontrol perilakunya.

Fanatisme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku agresi. Individu yang fanatik akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional.

Pengertian Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam :
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan,
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa secara psikologis,
seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini.
Ciri-ciri yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah. Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk : (a) fanatik warna kulit, (b) fanatik etnik/kesukuan, dan (c) fanatik klas sosial. Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, tetapi biasanya merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau klas sosial.
Kita dapat mengagumi sesuatu tapi alangkah indahnya jika sesuatu itu kita pandang secara wajar dan tidak berlebihan.

Propaganda berasal dari bahasa Latin. Awalnya berarti ‘gagasan untuk disebarkan ke sekeliling’. Namun dalam Perang Dunia I, artinya berubah menjadi ‘gagasan politik yang ditujukan untuk menyesatkan’ (Wikkipedia)

Unsur-Unsur Propaganda.
Dalam propaganda ada beberapa unsur-unsur terbentuknya sebuah komunikasi, diantaranya:
1)      Adanya komunikator, penyampaian pesan.
2)      Adanya Komunikan atau penerima pesan/ informasi.
3)      Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menetukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
4)      Pesan tertentu yang telah di-“encode” atau dirumuskan sedemikian rupa adar mencapai tujuannya yang aktif.
5)      Sarana atau medium (media), yang tepat dan susuai atau serasiu dengan situasi dari komunikan.
6)      Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang secepatnya dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
7)      Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
8)      Tercapainya tujuan kepada aspek kognitif, afektif dan konatif.

Adapun unsure-unsur komunikasi yang disodorkan Sang Propaganda diantaranya:
a)      Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat
b)      Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
c)       In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
d)      To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
e)      With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
f)       Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konflik, stabil, labil.
g)      Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
h)      Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.
 
Berangkat dari sanalah mari kita bersama menganalisis proses propaganda pada Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo.

Pertama kita uraikan dari unsur siapa(Who). Pertama, Jelas sekali pada Survei Litbang Media Group ini yang menjadi kepala (otak) adalah Media Group itu sendiri. Perusahaan yang dipimpin oleh Surya Palloh ini rupanya memanfaatkan betul sekali “kesempatan emas” untuk menciptakan opini public dengan melalui proses propaganda. Walaupun pada dasarnya dalam survei ini melibatkan publik dengan survei yang mencakup 480 responden dewasa yang dipilih secara acak dari buku petunjuk telepon resindesial di kota-kota besar di Indonesia yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada dasarnya Media Group tetap mempunyai “kepentingan” dan agenda setting media tersendiri. Yang mana keduanya (kepentingan dan agenda setting) dibungkusi oleh kegiatan propaganda yang sehalus mungkin. Berangkat dari sini pula, jika kita bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi sebuah media bisa diketahui. Semisal, melalui analisis teks media, analisis framing dan yang lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda ini adalah korban lumpur Lapindo.
  
Kedua, unsur ke”apa”an (Says What), untuk unsur yang kedua ini kita dapati dari judul (Head Line) besar pada halaman rubrik tersebut. Pada rubrik “Analisis” ini “Media Indonesia” mengangkat judul (Head Line) “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan”. Dari judul tersebut secara langsung maka pertanyaan tentang topik apa yang diangkat oleh Media Indonesia terjawab. “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo, fokus analisisnya lebih kepada keadaan dan nasib para korban lumpur lapindo yang dianaktirikan atau tidak diperhatikan. Semakin jelaslah dalam hal ini, “Media Indonesi” tengah berupaya untuk melakukan propaganda kepada seluruh pihak khususnya dalam hal ini tertuju kepada pemerintah, agar lebih memperhatikan dan mengutamakan korban lumpur lapindo.

Ketiga, unsur media yang digunakan (In Wich Channel). Para proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” ini media yang digunakan tentunya adalah koran atau media cetak, karena pada dasarnya “Media Indonesia” bergerak dalam dunia media cetak. Namun jika kaca mata analisisnya ditujukan kepada “Media Indonesia” dalam menghimpun data dan opini masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui opini yang sedang berkembang di masyarakat, maka “Media Indonesia” menggunakan media survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group dengan melakukan wawancara terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada masyarakat di enam kota besar yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun hasil survei yang dilakukan oleh Media Group, tulis “Media Indonesia” tidak dimaksudkan mewakili pendapat seluruh indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon residensial di kota tersebut. Dan Margin of Error survei tersebut plus minus 4,6 % pada tingkat kepercayaan 95%. (paragraf. 2).

Keempat, unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To Whom). Mengacu pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis saya maka yang dituju oleh propaganda “Media Indonesia” adalah seluruh pihak. Namun jauh dari itu, pasti setiap masalah tidak selalu general ditujukan kepada seluruh pihak, pasti ada pihak yang dikhususkan. Begitu juga dengan propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” juga. Maka yang menjadi fokus propaganda (sebenarnya) adalah pemerintah. Dari judul (Head Line) saja “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan” sudah terlihat bagaimana “Media Indonesia” menilai kinerja dan peran pemerintah terhadap korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain itu juga hal ini diperkuat dengan teras (lead) yang ditulis “Media Indonesia”: “Mayoritas masyarakat menilai tidak puas terhadap kinerja pemerintah dalam menangani korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat perhatian pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam lainya”.

Kelima, unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect). Jika menganalisi dari segi efek yang ditimbulkan khususnya topik yang diangkat yaitu korban lumpur yang dianaktirikan, “Media Indonesia menulis: “Ketidakjelasan soal pembayaran ganti rugi tersebut membuat kehidupan puluahn ribu warga Porong juga semakin tidak jelas. Tak terbayangkan bagaimana hancurnya kehidupan mereka akibat Lumpur panas yang yang menenggelamkan rumah-rumah dan tempat kerja mereka. Mendadak ribuan orang terpaksa mengungsi jauh dari tempat tinggalnya. Sekaligus berarti mereka juga kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan pertanian maupun pabrik-pabrik yang terpaksa ditutup” (Paragraf.16). Dari tulisan “Media Indonesia” di atas jelasnya sungguh besar efek yang ditimbulkan oleh kinerja pemerintah yang setengah hati sehingga menganaktirikan korban lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alas an terkuat bagi “Media Indonesia” untuk melakukan propaganda, harapannya pemerintah bisa lebih memerhartikan kepentingan-kepentingan korban lapindo selayak-layaknya, layaknya seoarang ibu kepada anak kandungnya bukan seperti anak tiri yang dinomorduakan.

Keenam, unsur yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon). Pada dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan terkendali, walaupun gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap menghiasi aksi protes dan unjuk rasa korban Lumpur Lapindo tersebut.

Ketujuh,unsur cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik). Dari foto berita yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa melihat bagaiman situasi yang terjadi pada korban Lumpur Lapindo. Mereka protes dan berunjuk rasa dengan cara memblokir kereta api, hal ini dilakukan sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja pemerintah dalam menangani korban Lapindo.

Kedelapan, unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan). Jika saya simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” berujung pada pendesakan agar pemerintah mengambil alih langsung penanganan korban Lumpur Lapindo. Pemerintah diharapkan All Out dalam menangani kasus ini bukan dengan setangah hati, bisa lebih memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan rakyatnya.

Demikianlah uraian analisis saya terhadap kegiatan propaganda yang dilakukan oleh “Media Indoensia”. Yang menjadi catatan pada akhir dari analisis ini bahwa, sejatinya propaganda benar-benar murni untuk memperjuangkan yang hak (benar) bukan sebaliknya. Kenapa saya menulis demikian? Sebab tidak sedikit juga media yang melakukan propaganda pada suatu masalha yang justru dianggap salah. Disinilah yang berbicara adalah kepentingan dan agenda setting media. Oleh karenanya kita sebagai seorang muslim, berkewajiban untuk senantiasa tabayun (cek-ricek) terhadap setiap berita yang datang kepada kita, agar kita tidak termasuk korban propaganda yang tida benar.

Dari contoh propaganda diatas maka sebenarnya unsure latar bekang propaganda adalah positif dan negative, jadi jangan pernah hancurkan orang lain dengan kegiatan propaganda ini, karena masing-masing kita sudah berada diposisinya sepanjang kita bersyukur dan bergiat untuk maju tanpa mengganggu orang lain.

MENGENALI DIRI APA KITA NARSISTIK ATAU TIDAK, dan BERUSAHA BERPIKIR POSITIF.

SECARA ekstrim, dunia ini sebenarnya terbagi menjadi dua sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positif. Berlaku dalam segala hal. Termasuk juga dalam perilaku manusia yang disebut narsis. Ada narsis negatif dan ada juga narsis yang positif. Tetapi diingatkan janganlah selalu berpikir negative karena hasilnya sangat buruk pagi diri dan lingkungan sekitar kita, karena terkadang prilaku negative merupakan cara untuk pelarian manusia dari permasalahannya.

A.Definisi narsis secara umum (konotasi negatif)

1)      Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000):
“Orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.

2)   Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology : Orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian .

3)      Papu (2002) yang mengutip DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) “Orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality disorder. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.”

 B.Unsur-unsur narsis
Dari definisi-definisi di atas bisa disimpulkan adanya beberapa unsur narsis:
·         Memandang dirinya secara berlebihan (paling penting,paling mampu,paling unik dan paling lainnya)
·         Senang menyombongkan diri
·         Mengharap adanya pujian dari orang lain.

 C.Definisi narsis secara umum (konotasi positif)
Dari hasil pengamatan penulis, tidak semua narsis itu negatif. Sebab ada juga yang tergolong narsis positif, yaitu “Berusaha menunjukkan dirinya memiliki kelebihan dari orang lainnya dengan tujuan demi kepentingan promosi, persaingan sehat ataupun memotivasi orang lain”. Memang terkesan sombong, namun sebenarnya tidak sombong. Terkesan mengharapkan pujian dari orang lain, padahal tidak demikian maksudnya.

Contoh narsis untuk kepentingan promosi
Seorang pengusaha yang selalu berpakaian rapi,unik,tentu berharap agar menjadi perhatian orang lain. Bukan untuk memuji dirinya tetapi dengan tujuan supaya orang tahu siapa dirinya. Dan kemudian orang akan berkomentar “Oh, dia pemilik Resto C’Bezt”, “Oh,dia pemilik Lembaga Pendidikan Komputer.

Narsis untuk kepentingan persaingan yang sehat
Dalam hal ini adalah persaingan pribadi. Biasanya di kalangan artis. Tiap artis berlomba untuk menjadi lain daripada yang lain, terutama dari caranya berpakaian, dari caranya bercanda, dari caranya bicara,dari model rambutnya, dari model bajunya dan lain-lain. Misalnya, Gogon terkenal karena punya model rambut yang lucu, Tessy yang selalu berpakaian wanita dan lain-lain.

Narsis dalam rangka memotivasi orang lain
Yaitu selalu berusaha tampil lain daripada yang lain, baik melalui tulisan maupun ucapan. Misalnya, penulis (Hariyanto Imadha), selalu membuat artikel-artikel yang bersifat lain daripada yang lain di berbagai blog. Bersifat mencari perhatian orang lain. Hasilnya, ada beberapa orang yang meminta penulis menjadi pembicara di radio, ada beberapa mahasiswi yang minta petunjuk cara belajar yang efektif dan lain-lain. Bahkan hasil inovasinya berupa kanopi motor yang bersifat narsis, membuat hasil inovasinya dimuat di tabloid Peluang Usaha No.18 Tahun 2011, mendapat Award dari Yayasan Citra Profesi Indonesia,23 Juli 2011 dan ditayangkan dalam acara Sang Kreator, Trans7, 14 April 2012.


Kesimpulan
Narsis dalam arti positif atau berkonotasi positif juga punya ciri-ciri memandang dirinya lebih dari yang lainnya,terkesan menyombongkan diri dan mengharapkan pujian dari orang lain. Namun semuanya dengan tujuan yang positif, yaitu demi kepentingan promosi, persaingan sehat, memotivasi orang lain dan tujuan-tujuan positif lainnya.
Dengan demikian, apakah sebuah perilaku narsis itu positif atau negatif, juga harus dilihat dari “tujuannya”. Tidak berhenti pada tingkah laku atau perilakunya saja. Kalau tujuannya negatif, maka termasuk narsis negatif. Kalau tujuannya positif, maka termasuk narsis positif. Sejauh narsis tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, narsis boleh-boleh saja.




Entri Populer