Minggu, 28 Mei 2017

BERHARAP ADIL

saat ini tahun 2017 saya merasa sudahlah cukup pembelajaran dan pengalaman yang kita dapat sejak kita dilahirkan, tak peduli saat ini kita baru menjalani beberapa tahun dari usia kehidupan kita karena masa waktu yang sudah kita lewati pasti dapat kita ambil pembelajaran mau pun pengalamannya.

saat kita membahas pengalaman hidup maka kita biasanya lebih cendrung mengingat kondisi yang merugikan kita untuk pengalamannya dan kesenangannya untuk kita kenang sebagai perbandingan kita dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kesenangan tersebut, hal ini membuktikan bahwa sangat sulit untuk mengambil hikmah dari pengalaman buruk dan kejadian yang merugikan, sementara hal-hal tersebutlah yang sebenarnya membesarkan dan membangun kita menjadi manusia yang lebih baik.


saat ini saya mendapati hal yang sangat aneh bagi saya, dimana lingkungan saya sedang menghalalkan dan membiarkan bahkan mempertontonkan sebuah pertujukan yang bisa saya bilang merugikan lingkungan saya, seperti ada beberapa orang pekerja yang melakukan hal-hal yang sebenarnya sangat tidak pantas karena merugikan pekerja lain diantaranya melalaikan tanggung jawab kerja dengan prilaku disiplin kerja yang bobrok, absensi kehadiran sangat buruk karena ahlak atau pun tabiatnya pekerja tadi yang buruk, akibatnya tanggung jawab pekerjaan beralih kepada pekerja lain yang sebenarnya bertanggung jawab dan berdisiplin tinggi.
saat tanggung jawab pekerjaan itu beralih apakah itu keadilan? menurut saya tidak, siapa yang salah? 

apakah pimpinan yang mengalihkan tanggung jawab? menurut saya tidak, karena pimpinan itu pun harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya makanya pimpinan melimpahkan tanggung jawab tersebut kepada pekerja lain, apakah itu wajar? menurut saya itu wajar, selanjutnya dimana keadilan bagi pekerja yang menerima pelimpahan tanggung jawab dan kemana keadilan itu berada dalam hal ini? walau kita pandang pembahasan saya ini sebuah hal yang gampang dan mudah namun ternyata sampai dengan saat ini setua apapun pekerja yang buruk tetap akan menganggap tindakannya benar dengan pembenaran bagi dirinya dan tindakannya.

menurut saya sebenarnya keadilan itu tidak bisa di harapkan saat salah satu pihak berada di posisi pembenaran dan tidak memandang kerugian yang dimunculkannya, karena adil bukan berarti menyalahkan dan adil itu bukan berarti kemenangan, jadi poin penting dari adil itulah yang selama ini menutupi arti keadilan yang sebenarnya, saat pengadilan dijadikan ajang pembuktian pertarungan dari para pihak dalam acaranya bukan menjadi ajang untuk mengungkapkan kondisi yang sebenarnya dan keadilan saat para pekerja sibuk menuntut hak dan melalaikan kewajibannya sementara pekerja lain harus dikorbankan untuk menanggungjawabi pekerjaan dari pekerja yang buruk.


saat ini kita hanya bisa melihat dan memperhatikan kondisi kita yang amuradul ini, siapa yang bisa merubahkan dan bagaimana merubahnya sehingga hadir keadilan yang kecil ini untuk menjadi pondasi hadirnya keadilan yang hakiki disemua sektor kehidupan kita.

Jumat, 05 Mei 2017

PERUBAHAN tanpa Efek Domino

Jika kita mulai membahas perubahan maka terlebih dahulu harus diketahui apa dasar-dasar yang ada dan bagaimana komitmen dasar tersebut itu ada pada sebuah tata kelola/manajemen usaha, sebagaimana penjelasan wikipedia bahasa indonesia budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi dengan banyak unsur rumit didalamnya yaitu agama dan politik, adat istiadat dan lainnya, sedang ada sebagian pandang mempersepsikan budaya kerja adalah merupakan sebuah falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan yang mendorong menjadi cerminan kelompok dan berpengaruh kepada prilaku, cita-cita dan tindakan sebagai perwujudan kerja atau bekerja.
Dari penjelasan mengenai budaya dan budaya kerja diatas maka dapat kita simpulkan bahwa merubah budaya merupakan pekerjaan sukar dan membutuhkan keseriusan, namun bukan tidak mungkin berubah karena harus disadari bahwa perubahan budaya itu bersifat menyeluruh dari elemen yang ada dalam lingkungan kehidupan tersebut. perubahan tentu saja dikarenakan sebuah kesadaran untuk memperbaiki dan/atau menyesuaikan sebuah keadaan yang sudah ada dan berjalan, yang pastinya dalam perubahan ada resiko didalamnya yaitu perubahan itu berhasil atau malah perubahan itu menghancur kondisi yang sudah terbangun.
Mengingat banyak unsur yang ada dalam sebuah budaya maka perubahan budaya dilakukan harus menyeluruh, dengan kata lain resiko kegagalan dalam perubahan yang terbesar adalah akibat dari perubahan itu dilakukan tidak menyeluruh dan tanpa komitmen bersama dari elemen budaya tersebut, walau memang banyak perubahan itu dilakukan karena paksaan atau tekanan dari atasan kepada unsur yang ada dibawahnya (Top Down) sehingga fatamorgana perubahan yang timbul tanpa perubahan yang sebenarnya. dalam usaha dikenal “TURN A ROUND” atau pembalikan arah atas penurunan kinerja usaha (schendel, patton and riggs dalam bruton et al “2003”) sedangkan menurut Supardi dan Mastuti “2003”  adalah tindakan ketika manajemen mengalami kegagalan dalam membesarkan perusahaan sehingga prospek perusahaan menjadi tidak jelas dan mengalami krisis berkepanjangan, sehingga manajemen berusaha keras untuk memutar arah.
Apakah yang terjadi bila unsur dalam perusahaan tidak berubah sebagaimana manajemen yang melakukan perubahan ??? biasanya yang tidak berubah itu tidak kelihatan karena keberadaannya pada tempat yang sebenarnya sangat dengan manajemen dan akan menghasilkan perubahan yang kasat mata saja tapi tidak memenuhi tujuan dari perubahan yang dilakukan manajemen tersebut atau dengan kata lain perubahan itu menjadikan perusahaan tidak tentu arah dan mungkin kondisinya menjadi lebih buruk. saya mengutip pernyataan CEO Holding PT Pekebunan Nusantara III “ Elia Massa Manik” bahwa selama ini perubahan yang ada dalam PT Perkebunan Nusantara (Holding) adalah perubahan yang dibuat-buat dimana banyak perubahan dilakukan untuk kepentingan kelompok tertentu atau dapat dimaknai dengan bahasa mengkondisikan yang biasanya memanfaatkan makna dan cara perubahan tersebut untuk kepentingan pribadi.
Perubahan itu baik namun perubahan merupakan awal besar dari kehancuran seluruh elemen yang ada dalam sebuah perusahaan, jadi sebelum berubah maka harus memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan  menetapkan sistem yang baku sebagai pedoman kerja dan prilaku seluruh elemen perusahaan. tanpa kedua hal utama tersebut maka kehancuranlah hasilnya. dan perubahan harus seperti efek domino dimana satu elemen berubah harus diikuti oleh elemen lainnya yang tentu saja dengan arah dan cara yang sesuai dengan ketentuan. jauhkan manusia munafik dari jabatan penting dalam pelaksanaan perubahan karena bukan saja menjadi penghambat tetapi menjadi sumber kehancuran.

munafik dalam perubahan biasanya dilakukan oleh orang kepercayaan atau yang diberi kepercayaan oleh manajemen, hal ini sebagian besar akibat dari belum terbiasanya orang kepercayaan itu akan fasilitas yang biasa diterima sebagai orang kepercayaan atau munculnya tabiat buruknya, hal ini cukup sulit diketahui manajemen karena info umum akan dikalahkan oleh dasar-dasar kepercayaan.

Entri Populer