Manajemen secara implisit bisa
diartikan sebagai system tata kelola/mengelola dimana dalam menjalankannya ada
terdapat berbagai aspek didalamnya sehingga bisa dikelola, dasar pemikiran
itulah yang sebenarnya menjadi permasalahan dari para pemimpin yang ada dewasa
ini, dimana tak perlu kita melihat ataupun mendengar kejadian ketidakarifan
dari seorang pemimpin, saat tidurpun kita bermimpi akan hal itu karena banyak
sebagian dari kita mendapatkan dampak dari pemimpin yang sontoloyo , bukan
tanggung nilai negative dari keberadaan seorang pemimpin yang sontoloyo
baik secara materil maupun morill, sebagai contoh kecilnya yang paling
sering terjadi adalah Ketua RT, RW dan Kepala Kelurahan coba kita hitung berapa
hujatan yang telah kita keluarkan untuk para Bapak2 yang terkesan memiliki
derajat lebih tinggi dari kita.
Jawaban pertama atas kejadian
pemimpin yang sontoloyo ialah terjadi sebuah perbedaan pola pikir dari para
pemimpin terhadap individu yang dipimpinnya, jelasnya tugas seorang pemimpin
adalah mengkoordinir seluruh bagian ataupun individu yang dikelolanya sehingga
harus aspiratif, inisiatif dan responsive, atau dengan kata lain adalah
memenuhi kebutuhan dari hal yang dikelolanya dengan imbalan tertentu namun
pastinya adalah derajat sosial, saat ini semua terbalik karena pemimpin
berpikir terbalik atau: karena derajat sosial yang lebih tinggi terkesan harus
diistimewakan dan bertindak sesuka hati.
Selanjutnya kita membahas
pemimpin yang menjadi pemimpin akibat dari kemampuan dan ataupun turunan dari keluarganya yaitu lingkungan
pekerjaan/perusahaan, banyak pemimpin diperusahaan berpikir dengan sebelah
pikirannya karena beranggapan pekerjanya adalah orang-orang yang sangat membutuhkan
dirinya karena mengharap imbalan untuk menlanjutkan kehidupannya, sangat
kerdilkan pikiran pemimpin seperti itu dan kita mendengarnya sangat miris, coba
pemimpin itu menggunakan pikirannya yang sebelah lagi dimana dalam pikiran itu
pasti terdapat pikiran bahwa keberadaan pekerja sangat penting untuk
kelangsungan perusahaan karena posisi pekerja sebagai penggerak perusahaan,
sehingga pemimpinnya harus peduli dan selalu memenuhi kebutuhan para pekerjanya
guna pencapaian terbaik dalam perjalanan perusahaannya.
Pemimpin tanpa kompetensi adalah kesalahan, baik
bagi para pemberi kesempatan/ keputusan yang menentukan seseorang itu menjadi
pemimpin, karena berdampak menyeluruh baik kepada pemutus – pelaksana – yang
dikelola. Sebagai contoh saya sendiri yang bekerja pada salah satu unit kerja
kecil ditempat yang lumayan menghindar dari perkotaan, diunit ini suasana
kerjanya sangat baik TAPI BAGI ORANG YANG
SEKOMUNITAS DENGAN PIMPINANNYA, namun
untuk kami diluar komunitasnya tapi bekerja diunit tersebut yang kami rasakan
hanyalah keterasingan dan tindasan baik dalam perkataan maupun perbuatan,
sebagai contoh seluruh karyawan dinilai kinerjanya dalam priode tahunan namun
sang pemimpin tersebut sanggup berbuat dengan menertawakan hasil kinerja dari
pekerjanya dan lebih kejamnya pemimpin tersebut yang terhormat itu memperolok
penilaian itu didepan pekerja yang lain, sementara pekerja se-komunitasnya
diperlakukan dengan sangat amat sempurna baik jabatan atau apapun itu tanpa ada
perlakuan penilaian yang objektif……..” Yah itulah Pemimpin Unit Kerjaku” terima
ataupun tidak ya inilah dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar