Jika membicarakan budaya berarti kita harus
memakai berbagai sudut pandang karena budaya adalah sebuah kata yang terkandung
dalam banyak hal sehingga memiliki pengartian yang beranekaragam, namun semua
pengartian tersebut tidak dapat disalahkan. Mengingat pentingnya posisi budaya
dalam kehidupan manusia maka tercetuslah sebuah sikap yang menghargai dan
mematuhi budaya guna menciptakan dan menjaga norma dan kondisi sosial
kemasyarakatan sehingga berjalan dengan harmonis dan serasi.
Dan saat ini berbagai cara dilakukan untuk bias
melestarikan budaya, diantaranya dengan membangun tradisi mengikuti sekolah
kepribadian di beberapa negara seperti Inggris. Konon, Puteri Diana dan Camilla
Parker-Bowles (istri Pangeran Charles sekarang) pernah ikut sekolah kepribadian
di Swiss sebelum bergabung menjadi anggota kerajaan.
Sekarang, perempuan-perempuan kalangan atas di China juga ingin merasakan pengalaman tersebut. Banyak dari mereka bersekolah di Institute Sarita di Beijing, yang dikenal akan pelajaran etiketnya yang berkelas. Sekolah ini dipimpin oleh Sarah Jane Ho, dengan biaya pendidikan sekitar 10.000 poundsterling (sekitar Rp 150 juta) selama dua minggu pelatihan tergantung status sosialnya. Dimana Sarah sendiri menjadi pengajar yang memberi materi table manner atau bagaimana etiket di meja makan. Di antaranya cara memegang pisau dan garpu yang tepat, serta mengupas jeruk dengan baik. Peserta juga belajar menyebutkan nama sejumlah brand mewah seperti Louis Vuitton, Balenciaga, Yves Saint Laurent, dan lainnya.
Sekarang, perempuan-perempuan kalangan atas di China juga ingin merasakan pengalaman tersebut. Banyak dari mereka bersekolah di Institute Sarita di Beijing, yang dikenal akan pelajaran etiketnya yang berkelas. Sekolah ini dipimpin oleh Sarah Jane Ho, dengan biaya pendidikan sekitar 10.000 poundsterling (sekitar Rp 150 juta) selama dua minggu pelatihan tergantung status sosialnya. Dimana Sarah sendiri menjadi pengajar yang memberi materi table manner atau bagaimana etiket di meja makan. Di antaranya cara memegang pisau dan garpu yang tepat, serta mengupas jeruk dengan baik. Peserta juga belajar menyebutkan nama sejumlah brand mewah seperti Louis Vuitton, Balenciaga, Yves Saint Laurent, dan lainnya.
Publik diberi tawaran dua paket kursus; yakni
Debutante untuk perempuan lajang berusia di atas 16 tahun ke atas, dan paket
Hostessing untuk mereka yang sudah menikah.
Kursus Debutante berlangsung selama 10 hari
dengan materi ajar; etiket standar untuk kalangan atas, termasuk sejarah,
sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda di seluruh dunia. Lalu juga ada
pelajaran memulai sapaan dan pengenalan diri, bertukar kartu nama, dress
code, table manner, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat
bercakap-cakap, dan pemberian kado.
Sementara kursus paket Hostessing berlangsung
selama 14 hari, dari pukul 09.00 hingga 16.00. Materi yang diajarkan di
antaranya etiket sosial, termasuk memahami kebiasaan dan budaya dari masyarakat
kelas atas di seluruh dunia. Lalu, ada materi mengenali minuman beralkohol,
menikmati teh dan kopi, bahasa tubuh, kartu undangan, hingga protokol resmi dan
diplomatik.
Sarah merupakan lulusan Georgetown University dan
Harvard Business School yang menguasai lima bahasa. Dia menuntaskan sekolah kepribadian
di Institut Villa Pierrefeu di Swiss, dan mendapat gelar diploma bidang
International Etiquette & Protocol.
Menurut Sarah, sebenarnya setiap orang -tanpa
memandang status sosialnya- butuh pelajaran etiket karena membuat
kepribadiannya menjadi lebih baik.
Cerita diatas adalah gambaran dalam membangun
etika yang berhubungan erat dengan budaya dan kehormatan sebagai manusia
(mahluk terbaik dimuka bumi) dan hal yang selama ini kita sepelekan ternyata
memiliki nilai sangat besar dan mahal terutama dalam peradaban manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar