SECARA ekstrim, dunia ini
sebenarnya terbagi menjadi dua sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positif.
Berlaku dalam segala hal. Termasuk juga dalam perilaku manusia yang disebut
narsis. Ada narsis negatif dan ada juga narsis yang positif. Tetapi diingatkan
janganlah selalu berpikir negative karena hasilnya sangat buruk pagi diri dan
lingkungan sekitar kita, karena terkadang prilaku negative merupakan cara untuk
pelarian manusia dari permasalahannya.
1)
Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid
dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000):
“Orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.
“Orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.
2) Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya,
Abnormal Psychology : Orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang
berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain
memberikan pujian .
3)
Papu (2002) yang mengutip DSM-IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) “Orang
yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang
dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality
disorder. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan
superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat
eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan
selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang
lain.”
Dari definisi-definisi di atas bisa disimpulkan adanya beberapa unsur narsis:
·
Memandang dirinya secara berlebihan (paling
penting,paling mampu,paling unik dan paling lainnya)
·
Senang menyombongkan diri
·
Mengharap adanya pujian dari orang lain.
C.Definisi
narsis secara umum (konotasi positif)
Dari hasil pengamatan penulis, tidak semua narsis
itu negatif. Sebab ada juga yang tergolong narsis positif, yaitu “Berusaha
menunjukkan dirinya memiliki kelebihan dari orang lainnya dengan tujuan demi
kepentingan promosi, persaingan sehat ataupun memotivasi orang lain”. Memang
terkesan sombong, namun sebenarnya tidak sombong. Terkesan mengharapkan pujian
dari orang lain, padahal tidak demikian maksudnya.
Contoh narsis untuk kepentingan promosi
Seorang pengusaha yang selalu berpakaian
rapi,unik,tentu berharap agar menjadi perhatian orang lain. Bukan untuk memuji
dirinya tetapi dengan tujuan supaya orang tahu siapa dirinya. Dan kemudian
orang akan berkomentar “Oh, dia pemilik Resto C’Bezt”, “Oh,dia pemilik Lembaga
Pendidikan Komputer.
Narsis untuk kepentingan persaingan yang sehat
Dalam hal ini adalah persaingan pribadi. Biasanya
di kalangan artis. Tiap artis berlomba untuk menjadi lain daripada yang lain,
terutama dari caranya berpakaian, dari caranya bercanda, dari caranya
bicara,dari model rambutnya, dari model bajunya dan lain-lain. Misalnya, Gogon
terkenal karena punya model rambut yang lucu, Tessy yang selalu berpakaian
wanita dan lain-lain.
Narsis dalam rangka memotivasi orang lain
Yaitu selalu berusaha tampil lain daripada yang
lain, baik melalui tulisan maupun ucapan. Misalnya, penulis (Hariyanto Imadha),
selalu membuat artikel-artikel yang bersifat lain daripada yang lain di
berbagai blog. Bersifat mencari perhatian orang lain. Hasilnya, ada beberapa
orang yang meminta penulis menjadi pembicara di radio, ada beberapa mahasiswi
yang minta petunjuk cara belajar yang efektif dan lain-lain. Bahkan hasil
inovasinya berupa kanopi motor yang bersifat narsis, membuat hasil inovasinya
dimuat di tabloid Peluang Usaha No.18 Tahun 2011, mendapat Award dari Yayasan
Citra Profesi Indonesia,23 Juli 2011 dan ditayangkan dalam acara Sang Kreator,
Trans7, 14 April 2012.
Narsis dalam arti positif atau berkonotasi
positif juga punya ciri-ciri memandang dirinya lebih dari yang lainnya,terkesan
menyombongkan diri dan mengharapkan pujian dari orang lain. Namun semuanya
dengan tujuan yang positif, yaitu demi kepentingan promosi, persaingan sehat,
memotivasi orang lain dan tujuan-tujuan positif lainnya.
Dengan demikian, apakah sebuah perilaku narsis
itu positif atau negatif, juga harus dilihat dari “tujuannya”. Tidak berhenti
pada tingkah laku atau perilakunya saja. Kalau tujuannya negatif, maka termasuk
narsis negatif. Kalau tujuannya positif, maka termasuk narsis positif. Sejauh
narsis tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, narsis boleh-boleh saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar